Tokoh Inspirasi Sumsel Bambang Hariyanto, Tidak Pernah Melamar Pekerjaan

Bagi Bambang kesuksesan dimulai dari niat teguh dengan ilmu yang ia miliki. Pelajaran penting dari seorang Sujatmiko (guru di SMA 9 Palembang) inilah guru inspiratif saya, yang kala itu menjadi guru sejarahnya, menjadi landasan berpijak ia hingga saat ini

2/12/20235 min read

SUMSEL, RADARPALEMBANG.COM - Bambang Hariyanto muda, menjadi saksi kehidupan, betapa pentingnya peran seorang guru dalam perjalanan waktu setiap orang.

Tak terkecuali guru pelajaran  sejarah di sekolahnya, Bapak Sujatmoko yang mampu menginspirasi saya agar berani tidak menjadi pegawai sejak kuliah di Fakultas Hukum, Bambang lebih memilih aktif menjadi volentir LBH  Palembang sampai hari ini konsisten dengan karirnya sebagai pengacara di banyak perusahaan nasional maupun multinasional.

Hingga beberapa institusi pemerintah tercatat aktif menjadi klien Bambang.
Satu hal yang paling penting dalam kehidupan Bambang. Dia tidak pernah sekalipun melamar sebuah pekerjaan kepada perusahaan lain. Meski ijazah S1-S2 dia kantongi, namun sampai detik ini, Bambang belum sekalipun menggunakanya untuk melamar kerja.

Bukan riya’ atau sombong, tapi dari sinilah Bambang memulai semua karirnya dengan lancar dan menyenangkan. Bekal ilmu yang didapat di sekolah, hingga kuliah dan modal sosial capital (pergaulan) ternyata lebih penting dari sekedar ijazah yang hanya formalitas administratif sebagai tanda kelulusan.

Bagi Bambang kesuksesan dimulai dari niat teguh dengan ilmu yang ia miliki. Pelajaran penting dari seorang Sujatmiko (guru di SMA 9 Palembang) inilah guru inspiratif saya, yang kala itu menjadi guru sejarahnya, menjadi landasan berpijak ia hingga saat ini.

Pak Sujatmoko menurut Bambang adalah guru paling inspiratif yang pernah ia temukan di dunia ini. Setiap harinya ia mampu menceritakan kisah-kisah inspiratif orang-orang sukses dari segala bidang, tak terkecuali kesuksesan para petani yang ia ceritakan dengan penuh penghayatan di depan muridnya hingga membuat hati, fikiran tercurah ikut membayangkan ceritanya.

Mulai dari bagaimana meniatkan pekerjaan, melakukan proses kerja yang baik, hingga bagaimana melakukan pekerjaan untuk mendapatkan hasil terbaik. Luar biasanya, setiap kisah yang ia sampaikan, selalu membuat pendengarnya seakan bermimpi indah ikut melakukanya.

Dari sinilah, keyakinan Bambang untuk maju sebagai seorang wiraswasta dengan membuka kantor Law Firm (Layanan Hukum) Bambang Haryanto and Partners sebagai pengacara berbekal ilmu yang ada, sudah kuat sejak ia masih kuliah. Tak terbersit sekalipun untuk melamar kerja.

Tidak heran, sejak ia meniti kuliahnya di Fakultas Hukum, Bambang hanya berharap bisa belajar dan banyak belajar. Baik di kelas ataupun bergabung di berbagai organisasi intra dan extra termasuk di LBH yang sudah ia anggap sebagai kelas ke-2 setelah kuliah.

Sehingga di pertengahan kuliah ia sudah bisa magang bersama rekan seniornya di Lembaga Bantuan Hukum (LBH)  Palembang. Tahun 1980-an,  LBHsaat itu sedang keren-kerenya mendapat sorotan dari pemerintah orde baru. Dimana hampir setiap saat kantor LBH selalu mendapat pengawasan ketat dari intel dan satuan pengaman lainya.

Hari-hari Bambang, selain disibukkan kuliah, ia banyak mengisi waktunya ikut melayani bantuan hukum dari berbagai kalangan yang datang ke LBH secara cuma-cuma. Ternyata benar, LBH menjadi tempat ia belajar yang paling berharga.

Sembilan tahun tak terasa berlalu begitu saja. Pergulatanya melayani masyarakat luas di LBH yang tak digaji tetap, namun hanya ucapan terimakasih dari kalangan yang merasa terbantu, membuatnya tak begitu terbebani saat itu. Sehingga semua dilayaninya dengan ihlas layaknya seorang entrepreneur sosial.

Hingga datanglah suatu waktu peringatan dari Allah di tahun 1994, begitu kata Bambang menyebutnya karena hikmah peristiwa ini luar biasa. Istrinya tiba-tiba sakit keras dan harus dirawat inap di rumah sakit Muhammad Hosein.

Bambang yang sangat idealis dengan kedermawanan sosialnya baru tersadar diri seutuhnya, bahwa ia dalam keadaan miskin saat itu. Karena tidak punya uang cukup untuk membayar pengobatan istrinya. Untung ada rekan yang meminjamkan uang cukup dan bisa ia bayar di kemudian hari.

Sejak itulah, tepatnya tahun 1994, Bambang merubah 360 derajat derajat visi hidupnya dan berkonsentrasi penuh memberikan nafkah terbaik bagi satu anak dan istrinya. Dengan tekat kuat, ia bersama istri bertekad membuka kantor sendiri dan mendapatkan pinjaman ruangan dari salah seorang teman berlokasi di Mayor Ruslan untuk ditempati sebagai kantor Bambang Law Firm.

Dengan mengendarai angkutan kota (Angkot) pulang dan pergi, Bambang mulai melakukan rutinitas ngantor pribadinya. Pergi pagi pukul 08.00 WIB, dan pulang sore pukul 16.00 WIB. Begitulah hari demi hari terus ia jalani bersama satu-satunya staf karyawan paling cantik dan setia yakni sang istri.

Aktivitas rutin ini ia jalankan komit di tahun pertama. “Kenapa saya bilang komit. Saya sudah menobatkan diri punya kantor pengacara, siap melayani klien.

Jadi, ada orang atau tidak yang datang ke kantor saya, saya harus tetap berada di kantor dari pagi sampai sore. Siapa tau ada yang tiba-tiba telpon ke kantor atau sekedar mampir bertanya.

Kalau hal kecil ini kita remehken, orang telpon ke kantor tidak ada yang ngangkat dan melayani, ada yang ke kantor tapi tidak ada yang menyambut. Hal ini bisa menghilangkan kepercayaan orang pada kita.

Makanya, saya komit tetap jaga di kantor dengan istri, sehingga hanya dalam waktu setahun saja, klien sudah banyak percaya penuh. Memasuki tahun ke-2, saya dan istri sudah melayani banyak klien dari perusahaan-perusahaan.

Hingga akhirnya tahun-tahun berikut kami lalui dengan mudah dan sudah mendapatkan kepercayaan dari banyak masyarakat.

Komitmen ini jugalah menghantarkan saya dan istri bisa sukses sampai hari ini dan memiliki kantor sendiri dengan menyewa sejak tahun 1995 di gedung Telkom Sudirman lantai 7 selama 4 tahun, dari sebelumnya masih menumpang selama 6 tahun di gedung milik kawan di Mayor Ruslan.

Di tahun 2003, ia baru bisa memiliki gedung sendiri di kawasan Basuki Rahmat Kemuning yang masih berdiri gagah dan bakal dikembangkan lagi hingga beberapa lantai ke atas dalam waktu dekat ini

Di sinilah, akhirnya banyak teman-teman seprofesi juga ikut gabung bersama. Sehingga dinamakan Bambang Hariyanto and Partners. Ia tak hanya melayani masyarakat mampu yang berkebutuhan dalam pendampingan hukum, tapi sebagai advokat ia juga memiliki tugas sosial membantu masyarakat yang tidak memiliki dana cukup mendampingi kebutuhan hukum mereka.

“Setiap bagian dari hidup dan kerja kita, ada juga hak bagi mereka yang tidak mampu. Jadi silahkan datang ke sini bagi yang dibantu. Kita punya porsinya semuanya. Allah juga sudah banyak membayar banyak kesuksesan saya dari banyak jalan.”

Semua ada prosedur, silahkan sampaikan surat pengajuan cuma-cuma bagi keluarga yang kurang mampu. Kita akan proses dengan baik.
Advokat memang identik dengan bayaran. Inilah ciri professionalisme, harus ada penghargaan dari setiap apa yang dikerjakan seorang professional sesuai dengan kesepakatan antar pihak.

“Kalau kita membangun masyarakat untuk lebih baik, percayalah mereka akan melindungi kita dengan sendirinya, tanpa kita minta. Inilah hukum alam yang saya pegang teguh, sehingga semua jalan yang saya tempuh terasa aman dan nyaman.”

Ayah saya hanyalah seorang pegawai kecil di PLN di bagian las, dengan gaji pas-pasan. Hanya dapat jatah beras saja berlebih yang saat itu terasa enaknya memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan lain masih harus ditopang ibu dengan berjualan

Jadi, sejak kecil, Bambang mengaku sudah dididik ibu mencari uang dengan mandiri. Ditambah lagi terinspirasi dari guru sejarahnya Sujatmiko, selalu berpesan tidak bergantung menjadi pegawai. Sehingga membuat saya sekalipun tidak pernah melamar pekerjaan.

Karena di negeri ini sudah banyak orang tua berfikir keliru, dari kecil sudah dididik jadi pegawai, sehingga besar pun takut menjadi seorang wiraswasta dan lebih memilih jadi pegawai.

Menjadi pegawai harusnya hanya menjadi salah satu pilihan, bukan satu-satunya pilihan. Tanamkan nilai wiraswasta di segala bidang sehingga lebih mudah menikmati kemakmuran yang didapat dan lebih terjamin.

“Jangan mimpi, jika cita-cita ingin jadi orang kaya, tapi masih jadi pegawai negeri (PNS) . Rasanya mustahil, beralihkan ke wiraswasta, ciptakan lapangan kerja dan olah SDA yang melimpah di negeri ini banyak sekali peluang yang bisa kita ciptakan.”

Satu hal patut diingat. Jika penduduk negeri ini rata-rata ingin menjadi pegawai semua. Mau jadi apa kedepan negara ini. Ini harusnya ditanamkan para orang tua dan guru di sekolah. Oleh karena itulah saya menyarankan agar sekolah menanamkan jiwa kewirausahaan sedini mungkin kepada pelajar.

Bukakan mata mereka untuk melihat potensi SDA kita, mineral, pertambangan, migas, perkebunan menjadi sebuah program khusus dan rutin di sekolah. Berikan gambaran jelas kepada pelajar kita, masih banyak sekali peluang SDA yang bisa diolah, menjadi sebuah kesempatan emas menguntungkan. Dengan sumber daya alam melimpah. Kenapa kita harus jadi PNS!

Saya hanya berpesan satu hal jadikan pengalaman dan teman sebagai investasi modal kerja. Hendakanya para pelajar, mahasiswa, generasi mud semuanya fokus berorientasi pada kesuksesan semata. Tentukan cita-cita seawal mungkin, fokus pada tujuan cita-cita, selalu jujur, professional di bidangnya, tulus dan tawakkal. Insya Allah Sukses!

Sumber : https://radarpalembang.disway.id/read/637911/tokoh-inspirasi-sumsel-bambang-hariyanto-tidak-pernah-melamar-pekerjaan/45